Apr 5, 2009

Sebuah renungan untuk diri

Di sebuah kepenatan hari, akan ada satu pencerahan yang datang dan membuat seakan-akan waktu berhenti sejenak untuk dinikmati dengan satu paket keheningan, senyum dan imajinasi. Sebuah ringkasan mimpi yang dialamatkan pada sebuah pikiran yang selalu bermimpi dan berfantasi akan masa depannya.

Namun tidak satu kata pun yang terucap dan terungkap, untuk mengungkapkan kepastian perasaan yang abstrak dan ingin lagi suatu saat dirasakan kembali. Keajaiban sebuah rekaman film, alunan lagu-lagu lama yang secara tidak sengajaa terputar, gambar-gambar belasan tahun silam dan sedikit cahaya lampu di satu malam di bulan April, memang baiknya dirasakan tanpa harus dijelaskan mekanisme bekerjanya. Terlalu banyak hal yang tidak bisa dijelaskan dan begitu banyak hal yang hanya butuh dirasakan, dijalani dan diyakini.

Satu malam renungan dengan harapan perbaikan menyeluruh di hari berikutnya, dengan sedikit optimisme menyambut hari-hari ke depan, semangat dan keyakinan bahwa semua akan baik adanya, seperti saat semua ini bermula dan berjalan untuk pertama kalinya.

Lalu,
kekhawatiran, kecemasan dan prasangka?
Apalah arti sebuah hari tanpa kehadiran mereka melengkapi perjalanan ini?
Sebaiknya dibiarkan begitu saja, bukan? Terekspos begitu jelas dalam raut wajah yang begitu penuh tanda tanya dan mengundang simpati, menemani sehari penuh, tanpa kita tahu kapan semua ketidakjelasan akan berakhir, dan akankah suatu saat setelah semua rasa ini berlalu muncul lagi?

Sebuah kotak imajiner dalam pikiran yang selalu mencoba melewati batas manusiawinya dan memanjat pagar batas menuju kesempurnaan yang tidak lagi fana, toh, selalu menjadi sebuah periuk besar tempat semua pikiran miring yang meragukan kelangsungan hidup yang selalu begitu mengejutkan dan tidak bisa ditebak. Tempat semua kekhawatiran, kecemasan dan prasangka terbungkus dalam kemasan refleksi untuk masa mendatang.

Akhh..
Malam yang begitu acak, entah apa maksud dan tujuannya. Berulang kali terjadi dan berulang kali tidak kunjung terjelaskan. Menutup sebuah hari yang menyakitkan dan tidak kunjung sempurna. Berusaha menyempurnakan semua yang tidak sempurna lewat permainan kata-kata dan sedikit emosi, tertuang dalam sebuah renungan nina bobo yang perlahan menutup mataku dan melayangkanku ke alam mimpi.

Esok??
Kembali lagi lah, sebuah hari untuk dijalani, dikenang dan diingat
kembali lagi lah, perasaan yang tidak perlu dijelaskan,
kembali lagi lah, satu langkah yang harus dibuat,
sampai malam datang dan merangkumnya kembali dalam ketidakjelasan yang menjelaskan semua.

No comments: