Jan 29, 2010

Insiden Matematika (Berdarah)

Kisah awal tahun gwe akan selalu bermula dengan:
  • resolusi tahun baru,  
  • kejadian awal tahun apa yang akan menggemparkan dunia gwe (just like the previous year ;p) 
  • dan stress+anxiousty-ujian semester.  
Sebagai sebuah wujud rasa optimis terhadap tahun yang menanti di depan mata, sambil memanfaatkan momentum pergantian tahun yang secara simbolik sepertinya besar sekali pengaruhnya. banyak orang akhirnya(termasuk gwe) "menciptakan" resolusi tahun baru. garis besarnya, (list) harapan dan tekad berselimut semangat '45 untuk mencapai suatu tujuan dan menjadi lebih baik. Gak tanggung-tanggung, biasanya yang tercantum di list termasuk hal-hal yang sulit sekali diwujudkan sebelumnya, seperti, menurunkan berat badan, berhenti merokok, jadi vegetarian, mulai menabung dan sebagainya. Intinya sih, menggunakan momen pergantian tahun dan mengandaikan kita ikut terlahir baru seiring tahun berganti. Resolusi = Revolusi!  
Anyway, panjang dipendekin, resolusi, harapan,tekad, target gwe whatsoever, sederhana dan cukup global.  Lulus ujian, salah satu yang ada di urutan teratas list gwe.
Melompat ke beberapa minggu setelah momen resolusi gwe, sampai di sini lah gwe, 29 januari 2010. 2 jam setelah ujian matematika, yang menjadi ujian ke-4 gwe, terhitung mulai pertengahan Januari. Kisahnya? Klise sih.. Kasus sejuta mahasiswa dalam berbagai jurusan dan universitas, bahkan negara. Secara umum, ujian matematik ini berakhir dengan kesimpulan rata-rata banyak orang: “Gwe ngulang semester depan.“.  Singkat, padat, jelas dan terdengar desperate sekali. Bisa ditebak gimana ujiannya? Over and above, ujian tadi menakutkan,susah sekalee dan berakhir sedih tak berujung!
Sebagai gambaran singkat yang paling halus. Kami diberi waktu 90 menit untuk mengerjakan 20 soal, yang jauh berlipat-lipat lebih kompleks daripada yang kami alami selama ini di kelas atau di mana pun, di tutorium, übungstunde. Bagian menyusahkannya, ujian matematik ini merupakan ujian multiple choice, namun demikian, cara pengerjaan setiap soalnya diminta didokumentasikan di satu eksemplar folio bergaris dan termasuk dokumen ujian, termasuk sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian.. Jadi, kerap kali, selesai menghitung, hasilnya „bulet“ dan keliatan „keren“, jawaban yang bersangkutan tidak ada di pilihan. Sayangnya lagi, metode licik gwe waktu SD gak bisa dipake di sini,  jadi dulu kalau gwe udah gak tahu lagi, gwe balik aja, jawabannya satu-satu gwe coba masukkin ke soalnya. 
Above all, ujian multiple choice (yang selalu dinilai sebagai jenis ujian yang penuh advantage dan casual) dalam pelajaran Matematika gwe rasa omong kosong belaka, karena bagaimana pun, gwe mesti mengerjakan soalnya dengan jalan, metode dan urut-urutan pada umumnya, baru menyilang satu opsi jawaban yang gwe asumsikan sebagai jawaban yang tepat (itu juga kalau ada yang cocok dengan hasil kalkulasi gwe). Ujian Multiple choice mungkin jauh lebih cocok dalam pelajaran yang menuntut gwe untuk "menghafal".
Di sisi yang lebih positif, Keuntungan ujian multiple choice secara umum  mungkin hanya terletak di: kalau waktu sudah mau habis, gwe punya kesempatan untuk mengisi lembar jawaban dengan cara menebak/ "menembak". metode nya banyak: cap cip cup kembang kuncup lah, ngitung kancing baju lah, tutup mata dan membiarkan tangan menunjuk pilihan mana yang akan diambil-lah, atau bahkan, yang baru saja gwe lakukan: memilih pilihan jawaban dengan angka yang paling "ganjil".
Ngomongin soal itu, kira-kira hampir 50% jawaban gwe tidak melalui proses kalkulasi yang sempurna berkenaan dengan gwe ngos-ngos an dikejar waktu, dan bahkan tidak gwe hitung sama sekali, alias gwe „tembak“. Rasanya menyedihkan sekali menyerahkan hasil ujian kepada dewi fortuna begitu saja. Tapi yah bagaimana lagi, daripada gak diisi, 100% garansi ber-poin nol, mendingan nembak, kemungkinan benernya 20% setiap soal ujian matematik tadi. Statistik ;p!
Setelah ujian, gwe keluar, mencari tempat bersandar (halah! kursi maksudnya), lalu.. entah kenapa, gwe ketawa-ketawa sendiri untuk beberapa menit, mengingat-ingat apa yang baru terjadi di audimax beberapa menit yang lalu selama 90 menit. Mungkin heran sampai gak ngerti mesti ngapain lagi atau, mungkin gwe pasrah aja, get over it. Merasa sudah berbuat yang terbaik dan berharap hasilnya bagaimanapun tidak akan menghancurkan gwe. Intinya, menurut gwe, ketawa-ketawa gwe habis ujian tadi tidak destruktif. Tentunya, beberapa menit penuh tawa itu hilang ketika teman-teman gwe dateng dan mulai ribut mengumpat jawaban salah mereka yang saling mereka bandingkan. gwe benci ritual membahas soal ujian yang baru lewat!
Anyway,  kembali ke resolusi- things dan kisah awal tahun baru gwe, kaitannya dengan cerita ujian gwe, tampaknya, INSIDEN MATEMATIKA (BERDARAH) tanggal 29 januari 2010 sudah mengandung ketiga unsur kisah awal tahun gwe. Gwe pengen lulus ujian, termasuk (khususnya) matematika (yang lain juga tapihh); selama masa persiapan, gwe bener-bener nervous dan stressed out; dan nampaknya, ujian matematika beberapa jam yang lalu bisa menjadi salah satu hit gwe di awal tahun, sebagai kejadian yang menggemparkan dunia gwe. 
Sampe sekarang gwe gak berani berkomentar soal prospek hasil ujian gwe yang satu ini. Gwe pasrah aja, yang penting, yang terbaik sudah gwe upayakan dan gwe lega satu per satu ujian gwe lewat. Khusus untuk ujian matematika tadi, gwe bangga bisa melewatinya dan keluar ruangan dalam keadaan waras ;p. I've done my best, I'll let the Professors do the rest.