Nov 3, 2008

Penyegaran Rohani di Kafetaria

Seberapa besar kira-kira kemungkinan seorang bayi lahir tanpa cacat sedikitpun? Betapa saya sangat takjub nan-amazed ketika melihat 2 adik kecil saya yang mungil, beberapa jam setelah mereka dilahirkan. Dan betapa bahagianya saya melihat mereka sekarang beranjak besar, rasanya, segala kekesalan saya terhadap mereka, segala kegalakan, marah-marah, pukulan, cubitan hukuman saking kesalnya melihat kelakuan nakal bocah mereka, sekarang saya sesali. Dan setiap kali saya menyakiti mereka, saya selalu mengingatnya, dan hampir setiap kali saya mengingatnya, saya menangis, minta ampun, akankah mereka memaafkan saya.. Kalau saya boleh mengulang masa lalu bersama mereka, saat kami bersama, tidak terpisah jarak dan waktu, tidur dalam satu kamar, bangun dan tidur bersama.. Well, I'll be...

Ngomong-ngomong, Hari ini, saya memaksa membawa badan saya yang ekstra lelah- agak sedikit flu, sakit-wintersyndrome - ke kafetaria bersama beberapa teman untuk belajar. Diantara teman-teman, ada seorang yang memiliki cacat di wajahnya (agak sedikit asimetris, kurang proporsional dibagian mulut). Entah siapa yang memulai dan apa yang menyulut, tapi curhat itu terjadi saja, dia bercerita bagaimana sebuah penyakit entah apa itu saya kurang menyimak, membuatnya menjadi demikian. Yang benar-benar saya simak adalah ketika dia berkata demikian, "Dokter itu, menyarankan saya untuk operasi, dan saya tahu meskipun saya masih berusia 6 tahun, bahwa itu akan memberatkan orang tua saya, apalah yang bisa saya lakukan selain menangis kala itu. Saya tahu mereka ingin yang terbaik untuk saya, tapi, operasi rasanya bukan jadi hal yang sreg untuk saya. Lalu, ketika tiba saat saya memutuskan, saya mengatakan tidak! Dan lihatlah, saya masih bisa berbicara, ngobrol dengan kalian, bersenang-senang seperti kawan yang lain, melakukan segalanya, melewati masa muda saya dengan gembira.. Dan saya sungguh bersyukur ketika saya melihat orang-orang lain dengan "kekurangan" lain yang lebih parah. Mereka yang tidak bisa melihat, berbicara, mendengar, mereka dengan cacat tubuh.. bagi saya, sungguh, cacat saya tidak ada apa-apanya. Saya bersyukur dengan keadaan saya bahkan sekarang..."

Refleks, saya melihat kedua tangan saya..Astaga.. Sungguh manja gwe.. Tuhan memberi banyak hal, segalanya.. dan memang segalanya bahkan ekstra untuk saya. Dan masih saja kadang-kadang saya mengeluh. Saya berpikir seketika, bagaimana mereka dengan cacat tubuh, cacat mental bahkan.. bagaimana teman saya itu... Dapat melewati hari demi hari. Luar biasa. Lima jempol untuk mereka! Tidak ada mungkin orang yang lebih menghargai hidup dari mereka. Dan sudah saatnya saya menyadari segala kelebihan saya dan mulai memperbaiki kekurangan saya.

Sesampainya di rumah saya terdiam sejenak, berpikir, betapa dianugerahinya saya, betapa adik-adikku memiliki kelebihan. Dan.. saya benar-benar mati kata kali ini, tidak ada lagi yang bisa saya katakan atau pikirkan, hanya kata-kata "ckckckck... ya ampun... wihh.. ckckck... gila ya... ya Tuhan... hhmm..." berputar-putar, berulang-ulang di kepala...Sebuah pukulan yang telak di muka saya nampaknya. Seperti dibangunkan dari tidur dan disadarkan dari segala ketidaksadaran tentang sebuah anugerah yang luar biasa dalam hidup saya.. Terima kasih banyak!!!

Dan begitulah hari yang melelahkan ini sedikit diwarnai sebuah penyegaran rohani untuk saya.

Dan..ehem.. penyegaran rohani berikutnya datang kira-kira pukul 6, setelah saya berhasil memenuhi "ngidam" saya makan nasi goreng ikan asin, saya ditelepon Karin. Haha. Benar-benar tidak terbayangkan dia bisa menelepon tiba-tiba. Tapi yah, dia memang tidak bisa ditebak. Setidaknya, hal itu membuat saya tersenyum lebar hari ini. Semoga, senyum ini bertahan hinga esok dan esok dan seterusnya... Khususnya minggu depan... Klausur menunggu... Bantai!!!=)

No comments: