May 9, 2009

Haru Biru di Pagi 9 Mei

Jauh dari orang-orang yang dicintainya rindu dan kangen. Ingin rasanya ia pulang hanya untuk beberapa jam, menghabiskan waktu bersama mama, bapak, dan ketiga adik kecilnya, meniup lilin di hari ulang tahunnya, merasakan hangatnya pelukan mereka sambil mendengarkan adik kecilnya mengatakan "selamat ulang tahun" dalam bahasa bayi.

Bayangan itu, menyelimutinya berhari-hari, seakan tidak percaya mereka tidak akan ada di sisinya saat ia melewati hari lahirnya yang ke-20. Kenyataan hidup, yang harus ia lewati dan jalani, sementara mungkin, bocah-bocah seusianya masih bisa mengalami yang ia impikan hari ini di hari ulang tahunnya. Kekuatan yang datang dalam bentuk kesakitan yang abstrak dan tidak terjelaskan: kangen rumah, kangen mama, kangen bapak, kangen pulang. Learn the hard way, is always the perfect lesson.


***

Kira-kira dua puluh tahun yang lalu, Tuhan memberikan dua orang yang paling ia sayang di dunia ini sebuah kesempatan menjadi sepasang Bapak dan Mama, (begitu mereka dipanggil oleh juniornya saat ini) masuk ke dalam satu fase baru dalam hidup mereka, mengemban mandat meneruskan keindahan yang Tuhan ciptakan dan rahmatkan kepada manusia. Hari itu, seorang bocah pitik- jabang bayi diberi privilege menghirup udara segar dunia, merasakan cinta di dunia, melihat, mendengar, merasa dan akhirnya berpikir tentang semua hal yang ada di dunia yang akan menjadi tempat tinggal seumur hidupnya.

Sebuah kisah sederhana, semua orang pun mengalami hal yang sama. Mungkin, setiap detik siklus manusia terjadi, setiap seorang bayi mungil dilahirkan dalam waktu bersamaan seorang lansia menutup hari-harinya di dunia dan kembali kepada Sang Pencipta. Namun terlepas dari semua hal umum di dunia, siklus hidup manusia, kelahiran-kematian, kehidupan, 20 tahun silam di Bandung, adalah hari-hari yang akan selalu ia kenang sebagai sebuah peristiwa sakral dan mengharukan,juga bagi dua manusia yang begitu dianugerahi hari itu, meskipun tidak ada satu pun detil pada hari itu yang ia ingat.

Pada hari itu, kira-kira 20 tahun silam seorang Risang Seno Sidik, begitu mama, bapak dan mbah kakung menamainya, dilahirkan ke dunia.

Seorang knabe kecil yang membuat orang-orang yang pada saat ia lahir tersenyum, tertawa, menangis dan dengan bangga menyebutnya "anakku, cucuku, ponakanku, sepupuku..".

Sesaat lagi, seiring waktu berjalan dan dunia yang tidak berhenti berputar dengan sangat dinamis, keluguan itu akan berubah menjadi kematangan dan kedewasaan, dan segala mumbling dan tawa lucunya akan bertransformasi menjadi kata-kata yang menuangkan sebuah pemikiran, seperi halnya orang-orang dewasa berbicara yang ia lihat dan ia kagumi pada masa kecilnya.

Dalam waktu kurang dari 24 jam, tepatnya 10 Mei 2009, pk.07.10, genaplah 20 tahun perjalanan hidupnya di dunia, penuh dengan tawa tangis, senang sedih, rintangan dan halangan, kesuksesan kegagalan, begitu dinamis dan unik, Tuhan masih memberikannya kesempatan untuk tersenyum di satu hari sebelum ulang tahunnya. Si kecil yang lucu itu telah berubah menjadi seorang manusia dewasa dengan segala kemandiriannya dalam berpikir, berbuat dan merasa. Si bujang kecil itu akan menjadi seorang pria entah pada akhirnya ia siap atau tidak. Manusia itu, melanjutkan usianya, berkomitmen pada dirinya sendiri untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari, menjadikan dirinya bermanfaat untuk orang lain dan menjadikan dunia ini tempat yang (sedikit)lebih baik untuk semuanya. begitulah, mimpi seorang bocah kecil yang kini beranjak dewasa.

I hope you will, you will be mature, in your maturity.


dedicated with love to:
"Mama, Bapak, Dhimas, Igor, Giri, Mbah Kakung, Mbah Uti, Mbak Ula, Vara, Nada, Mbak Deta. I love you"

No comments: