May 7, 2009

Belum Ada Judul

Suatu kali gwe merasa beberapa mimpi di depan mata gwe akan terwujud, tentunya dengan sedikit banyak upaya dan perjuangan bzw. pengorbanan (hehe). Terlebih di saat gwe mendayagunakan seluruh pikiran dan diri gwe, mengabdikan diri gwe dengan total untuk apa yang gwe inginkan. Logisnya, gwe akan mendapatkan yang gwe inginkan, lebih dari yang gwe harapkan dan kegagalan, sepertinya gak akan segitu menyakitkannya, karena standard effort gwe sudah cukup tingkat tinggi dan kadang, tanpa penjelasan yang jelas, saat usaha sudah maksimal, gak ada lagi yang perlu disesali. "Yang penting sudah berusaha, kan?" so they said.

Yah, itu toeri gobloknya. Kenyataannya, semuanya bisa jauh berbeda, dengan sangat kasarnya, hasil dari semua upaya itu menghina semua upaya gwe dan seluruh tetes darah (eittsss) yang sudah gwe keluarkan untuk mencapainya. Lebih-lebih, kalau upaya gwe selama ini masuk dalam kategori yang gwe sebut: emotional purpose to get something emotionally. Huh? yaaaa.. Gitu lah..

Dimana-mana, kapan aja, kalau perasaan sudah bermain, segala pikiran rasional dan teman-temannya cuma akan jadi pemain belakang layar yang akhirnya gak keliatan kontribusinya, atau bahkan lupa gwe ikut sertakan dalam campaign gwe. bagaikan air dan minyak, kucing dan anjing, langit dan bumi, Rasio dan emosi gak akan pernah bisa dengan sempurna disatukan. Kalau sampai bisa, tepuk tangan berdiri di atas kursi gwe untuk kalian berdua sepanjang hidup gwe. Hallo! ini bukan penemuan sains atau pengembangan dari sebuah teori. Ilmuwan pun ga akan bisa menemukan jawaban dari curiousity gwe kali ini. Hal-hal abstrak tentang dan berkaitan dengan perasaan itu cuma bisa berjalan dan dijalani masing-masing individu yang mengalaminya tanpa rumus dan kalkulasi prevensi kegagalan atau bahkan after math setelahnya.

Kalaupun lo menemukan rumus yang lo pede bisa lo jadikan pegangan, sehingga di masa mendatang saat kasus serupa kembali terjadi lo berpikir akan lebih mudah meelwatinya? Yahhh, hate to break your heart, tapi gak segitu simplenya sih. Somehow, dari luar mereka akan terlihat sama dan lo akan mengatakan," Ahaaa.. gwe udah pernah melewatinya." Tapi lalu kenyataannya? Lo tetep aja akan susah payah melewatinya dan merasa hal yang lagi lo hadapi saat itu adalah yang terberat seumur hidup lo. Tipikal manusia, Klise. Dan lucunya lagi, hal-hal kecil kaya gini sampai sekarang gak bisa gwe pikir pake otak. rasanya gak klop aja, gimana gitu.. Gwe rasa professor kelas kakap di uni manapun juga gak akan bisa menjelaskan perfek semua tentang hal-hal yang berkaitan dengan mimpi, emosi, perasaan, kegagalan cs. Hmmph.. Sayang ya? sekaya-kayanya isi otak manusia, gwe rasa mereka tetap akan lemah gak berdaya pada saat jatuh cinta. (Oops!)

Anyway, anyhow, anything..
Ada satu kesakitan yang biasa terjadi di akhir kegagalan campaign yang pada kasus tertentu akan advance duluan ke tengah-tengah campaign dan membuat gwe berpikir seluruh upaya gwe akan gagal sebelum semua perjuangan berakhir. Jadi pada akhirnya, gwe akan masuk pada tahap menyerah sebelum berperang. Dan itu yang sedikit banyak gwe rasakan belakangan ini. Entah gwe kurang informasi atau gak pede atau gak bisa melihat sinyal-sinyal kemenangan yang seharusnya secara optimis gwe lihat, sampai-sampai gwe memandang begitu pesimis campaign gwe. Padahal kalo gwe sedikit memandang semuanya lebih positif, ujian sesulit statistik pun seharusnya bisa dilewatin pake tangan kiri dengan mata tertutup sambil loncat-loncat..


Huff.. Makin lama gwe makin merasa arah omongan gwe gak jelas. Inilah dilema-nya saat membicarakan perasaan, yang pada saat ini tertuang dalam tulisan, yang nanti mungkin akan membuat orang-orang yang membaca tulisan ini berspekulasi ada apa dengan isi kepala gwe dan "apa" "siapa" yang gwe bicarakan. Well leutz, gak mesti gwe publikasikan, karena disitu seninya. Gwe sendiri gak tahu yang gwe bicarakan. atau mungkin gak mau tahu, atau gwe tahu tapi pura-pura gak tahu, atau gwe tahu tapi gak mau ngasih tau.. hehehe. Enjoy..

No comments: