Jan 24, 2009

Inspiration: Capella

"Satu... Dua.. Tiga, Empat.. Lima.. Enam.. Tujuh.. Delapaannnnnnn... Sesaat terhenti.. "Loh, yang tadi mana ya? eh yang itu kelap-kelip... Biru..putih..biru putih... ahhhh.. Sembilaaaaannnnn..."..

Bintang terakhir yang bersinar lebih gemerlap dari lainnya, gwe namakan "Capella", seperti nama salah satu dari banyak bintang-bintang yang bersinar paling terang.

***
Malam, dingin, rintikan air hujan mencairkan salju yang sepanjang hari membeku dan mengkristal di rumput dan pepohonan.. Sepanjang hari, putih salju dan butiran-butirannya yang seperti kapas menemani gwe, menghangatkan gwe, seiring suhu yang menurun mengikuti semakin banyaknya salju yang berjatuhan. Sebuah rumah dari kejauhan mengeluarkan asap dari cerobongnya, "sebuah keluarga yang penuh cinta pasti saling menghangatkan di dalam sana", pikir gwe. Kangennyaaa sama rumah, membayangkan malam natal di saat semua berkumpul dan bercerita, tersenyum, seakan-akan segala konflik kehidupan belum pernah kita jumpai. Sms-sms natal berubi-tubi masuk, bunyi ring tone sepertinya jadi joyeux Noel yang unik. Ajaibnya hari-hari itu dulu, mungkin baru gwe jumpai lagi beberapa tahun lagi.

Sambil terus melamun, gwe berdiri di balkon, tanpa sadar gwe berdiri memandangi langit yang agak terang malam ini. sedikit angin dan air yang berseliweran menghalau gwe benar-benar menghibur dan menenangkan. Malam ini, indah lagi seperti biasanya.

Tapi, di tengah lamunan gwe, gwe merasa.. Ada yang hilang dari sunyi senyap malam ini. Apa ya?
Bintang-bintang itu.. Kemana ya mereka selama ini? Bersembunyi dibalik malam yang enggan meredup. Menjadikan kemunculan mereka sesuatu yang istimewa buat gwe.

Anyway..

Tadi siang, pada saat gwe keluar rumah, Sedikit keingintahuan gwe menggoda gwe untuk membuka kotak pos yang biasanya, kosong-kosong aja.

Di dalam kotak pos, gwe temui sebuah amplop surat putih, berplastik transparan di bagian mukanya, yang memungkinkan gwe melihat sedikit apa isi surat itu. Di dalam amplop itu, terdapat selembar kertas bertuliskan tulisan tangan seseorang dengan caption: "Untuk 'Risang'.. ".

"apa ya? siapa sih yang ngirim?", tanya gwe dalam hati. Apakah perkembangan teknologi belum jadi bagian dari hari-hari orang ini?

Sebuah surat pendek, seperti memo dengan sedikit pesan yang menyita perhatian gwe untuk beberapa menit. gwe makin bertanya-tanya dalam hati, penasaran sekaligus deg-degan gak sabar membaca seluruh isinya.

Dalam surat itu, si pengirim menuliskan beberapa penggal kalimat dalam bahasa jerman yang kira-kira berbunyi, "Kamu pasti bisa melewati hari-harimu, saya percaya kamu bisa, teman baikku..".

Dibalik lembaran surat di dalam amplop itu, terdapat beberapa butir aspirin, yang ditujukan juga untuk gwe, dengan pesan: "Minum beberapa saat kamu 'pusing'...".

Di akhir surat itu, sang pengirim menambahkan,"Maaf saya tidak bisa mengatakan selamat tinggal kepadamu. Saya harus pergi pagi ini, kita keep in touch ya? Sampai jumpa kawanku!".

Air mata gwe lagi-lagi gak punya adat. Turun begitu aja, dan dunia seakan berhenti berputar. Untuk beberapa menit, gwe termenung mengautiskan diri, menggumamkan kalimat-kalimat yang tersurat di selembar kertas itu.

Sebuah surat, dari seorang sahabat baik, seorang teman, seorang kawan seperjuangan, sebuah bintang yang hilang dari hari-hari gwe.

Mereka datang dan pergi. Di saat gwe merasa sangat nyaman, saat itulah "semuanya bisa terjadi" jadi hal yang paling gwe kuatirkan terjadi diantara kami. Di saat gwe merasa paling menyayangi mereka, di saat itulah cinta itu berakhir dengan sangat dinginnya. Seperti kata pepatah, "The hottest love has the coldest end."


Gwe melamun, mengingat-ingat lagi beberapa kejadian belakangan yang sedikit menggetarkan gwe dan menyentuh hati terdalam gwe sampai hari ini. Kejadian-kejadian yang begitu cepat tidak terduga terjadi. Kejadian-kejadian yang tidak pernah akan kita pikirkan akan terjadi. Kejadian-kejadian yang membekas dan memberi dampak dalam hidup kita keesokan harinya. Kejadian-kejadian yang tidak bisa dijelaskan dan dimengerti. Hanya dengan menjalani dan maka berharaplah suatu saat kita akan mengerti.

Sejenak gwe menatap langit lagi, berpura-pura langit berwarna biru dan bertaburan bintang, gwe menutup mata dan mulai mengitung mereka. Dari satu... sampai sembilan... Ngomong-ngomong, Bintang terakhir yang gwe lihat.. Benar-benar indah! Berkelap-kelip, bersinar dan menarik perhatian gwe setiap kali memandang langit. Yeah well.. hee..

Imajinasi gwe membawa gwe sedikit bermimpi dan mengandai-andai, berharap suatu saat bintang itu muncul dan menemani gwe lagi. Gwe akan bersabar menunggu bintang-bintang datang kembali, untuk sebuah reuni yang akan indah pada waktunya.

kembali lagi..
memandang indahnya Capella dan kedelapan bintang di langit...

Di satu hari, pada suatu malam.. suatu saat nanti..

(für Cesar Osorio, Aufwiedersehen! Machts gut, Freund! Wir sehen uns!)

No comments: