Jan 12, 2009

"satu.. dua...tiga.... empatt.liimaaaa...enam..tujuh... delapaaaaaannn..semmmmbiiilaaaann..."

Sama sekali gak kerasa, lepas dari -10°C yang menutup semua jendela dan pintu setiap rumah di Wohnheim, gwe berdiri di balkon, menghitung bintang yang tertangkap pandangan gwe menemani bulan penuh yang bersinar terang banget. Lampu-lampu jalan di Coburg mungkin bisa dimatikan sementara jalanan akan tetap terang, sampai-sampai, 10 Januari kemarin, considered as the night of the fullest and brightest moon of the year 2009, gwe bisa melihat jauh ke dalam halaman belakang rumah-rumah dan gundukan salju yang menumpuk, sisa-sisa para manusia yang membersihkan pekarangan dan halaman depan rumah mereka. Sesaat gwe bisa melupakan semua sakit di badan gwe, mulai dari luka sampai ankle yang sebagian besar gwe peroleh setelah main di turnamen undangan FC Nürnberg. Sesaat, gwe bisa terdiam, termenung (lagi) melupakan semua penat dan kesibukan-rutinitas-hari-hari gwe yang saat ini mengaktifkan syaraf "stress+frustrasi+desperate" gwe.. Sesaat, gwe bungkus homesick akut gwe dalam selembar selimut yang membuat gwe betah di balkon berlama-lama, mengingat sedikit hal-hal yang membuat gwe tersenyum malam ini.

"... Delapaaannnnn".. Sesaat terhenti.. "Loh, yang tadi mana ya? eh yang itu kelap-kelip... Biru..putih..biru putih... ahhhh.. Sembilaaaaannnnn...".

mikir apa coba, ada sembilan bintang yang terlihat mata gwe malam ini? Sembilan, hmm.. something about this number i think.. Gwe pernah suatu hari jadi panitia di sebuah event olah raga waktu SMA, Gonzaga School Meeting (red: GSM), di mana gak gwe duga-duga gwe terpaku pada seorang cewek berseragam basket hitam-ijo, bernomor punggung "9". Which happen to be my girlfriend now, Karina. Kangen deh gwe tiba-tiba. Sumpah! udah bangun belum ya dia? (Tiba-tiba dia sms aja...).. Awwwwwwhhhh..
Anyway, anyhow....

Lucu ya, kenapa memandangi dan menghitung bintang jadi hobi dadakan gwe belakangan ini. Kadang, gwe bisa menghabiskan malam berjam-jam melihat bintang, dengan segelas jahe panas (bukan berarti gwe meninggalkan jeruk nipis panas, beliau masih minuman paling lezat kok buat gwe :)), sambil mendengarkan i tunes yang gwe setel dengan volume setengah maksimal (menghindari ketokan tetangga Cina yang berusaha ngomong patah-patah dalam bahasa Jerman), gwe bisa disihir, memandangi bintang rasanya lamaaaaa banget diiringi satu lagu, sampai pada akhir lagu gwe seperti merasa, "kayaknya baru mulai tadi lagu itu.". Tiga menit berulang-ulang kali berlalu begitu saja, i was totally astonished!

Kadang, gwe suka bete banget kalo waktu gwe sering terbuang percuma saat gwe gak ngapa-ngapain, instead of belajar nyiapin ujian 2 minggu lagi. Tapi, "pembuangan waktu" kayak gini kadang lebih penting dari belajar, seperti ngumpulin nyawa rasanya. Gathering all the good spirits and most important, i can learn again how to smile and laugh freely like a baby, don't care who's watching. Kadang, momen spesial kayak gini yang sering gwe lewatkan seiring gwe terlalu sibuk mendengarkan semua gerutu gw tentang tugas, ujian, duit yang semakin menipis, makanan di kulkas yang semakin dikit, udara dingin, tetangga berisik atau bahkan hal kecil seperti, "di mana kolor gwe??!!! perasaan gwe taro di sini tadi!". Well, it just seems right starring at the stars and enjoying the moment.

Belakangan ini, memang gwe serasa lagi diuji dengan intensif oleh Yang Maha Kuasa secara religius, oleh alam, di mana gwe dituntut bertahan sehat di tengah udara yang membuat tissue jadi barang paling darurat di supermarket (Red: Aldi), oleh studi, maklum mau ujian, oleh God of Finance (Does he exist??), duit gwe semakin tipis dan banyak ujian-ujian lainnya. Huff.. Yah.. Memang saatnya serasa gak tepat untuk menjadi stress, tapi nyatanya dan akhirnya.. Setiap susah. . . . seperti yang Abrian pernah cerita ke gwe, "lo pasti akan inget betapa enaknya ada di rumah saat ini pada saat susah, khususnya!!! Saat duit lo udah mau abis!". haha.. Teori yang gokil! Tapi gak cuma karena duit, memang gwe rasa musim dingin adalah musim homesick gwe. Saat Sommer, mungkin gwe bisa banyak senyum ngeliat matahari bersinar sepanjang hari dan gwe pulang bulan Agustus. Tapi saat Winter, mau belajar susah, mau tidur gwe insomnia, mau jalan-jalan? Haha Makan tuh minus sepuluh!

Anyway, sebelum gwe memandangi bintang tadi, gwe gak sengaja download sebuah film dengan rating sekitar 6 dari 10 di imdb.com, berjudul "The Express". Yang menyita perhatian gwe awalnya hanya karena tipe film favorit gwe selain perang adalah sports relateds, dan yang ini belum gwe tonton, lagi pula, ratingnya not so bad.. Yaudah gwe download deh. Ga disangka-sangka, mungkin karena seeder mininova sedang rame, film itu selesai download dalam 20 menit. Hmm.. Yaudah, daripada gwe belajar ga masuk, mending gwe tonton deh tuh film, dengan harapan, it won't be another low budget movie with one Paris Hilton in it! hehe..

Earny Davis.. nama yang belum pernah gwe denger, seorang pemuda kulit hitam, bintang American football di sebuah universitas di New York, yang "nomer 45" nya di pensiunkan the Clevelands Brown, meskipun dia gak pernah main untuk mereka, because he died of leukimia a year after they recruited him. Klise, cerita yang diangkat di film ini, berlatar tahun 60-an saat Rasisme masih jadi topik hangat di Amerika kala itu, Earny Davis adalah salah satu pemuda kulit hitam yang berjuang dengan caranya memerangi rasisme kala itu. Tapi.. Gak sengaja film ini menyita seluruh perhatian gwe bahkan dari "Brokoli yang gwe oseng pake saus tiram + Hackfleisch goreng" yang gwe masak dan gwe tunggu-tunggu dari sore., ancur enak banget! ketagihan brokoli gwe. Anyway, Film itu, ternyata berhasil mengangkat moral dan semangat juang gwe malem ini. Well, really guys, God works in such ways, this time through a film.. Wow..

Tapi, hmm.. Aneh juga ya siklus comeback gwe yang sering terjadi dengan cara seperti ini? Memang gak selalu dan gak harus gwe baru bisa senyum setelah gwe nonton film atau lihat bintang, tapi cara ini selalu ampuh. Na ja.. Bagaimana pun caranya, gwe seneng gwe bisa senyum lagi hari ini. Semoga aja senyum dan semangat gwe trus "bertengger" jangka panjang dalam diri gwe. Semoga ini akan jadi come back juga buat otak gwe yang mati suri selepas "ujian natal-tanpa belajar" gwe. Ayo sang! Firestarternya sukses nih! Belajar nyet! hakhak.. We'll see..

Well, okay, jahe panas udah abis, mata gwe udah rada sepet buat diajak liat layar monitor, kayanya waktunya pas untuk sedikit sms-an sama Karin sampe ketiduran. Au Revoir..



No comments: