Tahukah anda? Coburg adalah sebuah kota kecil, yang kenampakan muka buminya menyerupai gunung-gunungan atau bukit lah.. Di mana, di atas bukit terletak FH Coburg dan Studienkolleg Coburg yang termasyhur,(ekhekhekh...) Studentenwohnheim (tempat tinggal saya), sebuah kneipe (bar) dan sebuah "warung" Doner. dan pusat kota terletak di dataran yang (jauh) lebih rendah.
Bagi penghuni Wohnheim seperti saya, setiap minggunya ada yang dinamakan "dilema turun ke bawah"! begini prinsipnya: tidak ada tempat belanja di atas, semua pusat perbelanjaan terletak di bawah, sementara saya butuh pasokan makanan yang cukup untuk seminggu minimal, oleh karena itu saya harus turun ke bawah untuk belanja. Di sisi lain, jalan menuju ke bawah jauh, yahh masih ga seberapa sih, naiknya itu loh! bawa belanjaan di ransel, dan harus naik lewat Adamistraße, tanjakan maut 45°, setelah naik, anda akan bersyukur kalau di kota anda ada U-bahn (Subway) atau Tram. dan itu saya lakukan kira-kira 2x seminggu. Biasanya saya mencicil belanja mingguan, sehingga rasanya tidak terlalu berat sekali naik.
Yang dibelanjakan? Hmm.. beda-beda ya, tergantung mau makan apa, intinya, ada bahan pokok, lauk, kalo lagi bisa ya beli buah dan kadang-kadang sayur, beberapa snack pengisi waktu "isenk" dan, hal-hal yang berkaitan dengan kebersihan, toiletris, dsb.
Misalnya, belanja saya minggu ini:
Milchreis (nasi) 2 kotak @ 500gr, spaghetti 2 kotak@ 2 porsi (ditargetkan untuk darurat saja) Daging cincang beku 500 gr (untuk saat mendesak), Susu kotak 1 ltr, Daging Gulasch 500 gr, Satu kotak Jamur Champignon 500 gr (favorit saya), Satu kotak telur isi 10 butir, 1 kaleng sarden siap makan, satu buah semangka (saya patungan dengan seorang teman) dan sabun cuci + pelembut pakaian.
Rasanya, singkat-padat-jelas, tersirat dari jenis belanjaan memang untuk bertahan hidup seminggu, karena percaya atau tidak, dalam seminggu, sebagian besar bahan pangan akan habis. Pasti! oleh sebab itu, hukumnya "rasanya" wajib untuk minimal sekali atau dua kali turun untuk belanja ke kota..
lalu, Dilema? Yup, bisa disebut begitu. Turun ke bawah berarti menghabiskan waktu dan tenaga, minimal satu jam, kalau hanya belanja-belanja singkat. Tapi, kadang, ada rasa ingin liat-liat di kota, menghibur diri, melepas penatnya situasi belajar dengan jalan-jalan. Dan itu menghabiskan waktu. Tenaga, ya tentu saja, seiring dengan masih dalam tahap pembangunan Ubahn di Coburg, hehe, ngga denk.. gak akan ada Ubahn di Coburg. Otomatis, kita harus berjalan kaki yang mana, pada kali pertama belanja dan jalan ke kota rasanya luar biasa melelahkan, apalagi yang dulu di Indo biasa naik mobil atau motor, rasakan!hahah.. ehemm.. jadi intinya.. Sulit memutuskan, apakah harus turun dan sedikit belanja, menyicil belanja mingguan sehingga belanja berikutnya tidak terlalu berat, sekaligus liat-liat kota, atau... mempertahankan diri dengan kulkas kosong di rumah demi efisiensi waktu dan tenaga.
Dan itulah asal muasal refleks respon penghuni wohnheim Coburg saat diajak," kebawah yuk!" jawabannya, "ahh males ahh! gwe turun besok!". Amati. ada yang mengajak, maksudnya, "gwe males banget turun sendiri, trus naik sendiri pula, rasanya beda kalo ada temen. Sementara yang lain menjawab demikian, seakan-akan turun ke bawah sudah dijadwal sebagai aktifitas melelahkan sehingga bisa ada kata "gwe turun besok!" atau kapan lah misalnya.. haha.. hal kecil yang sangat menarik dan rasanya sangat mewarnai kehidupan kami di sini.
Bagi penghuni Wohnheim seperti saya, setiap minggunya ada yang dinamakan "dilema turun ke bawah"! begini prinsipnya: tidak ada tempat belanja di atas, semua pusat perbelanjaan terletak di bawah, sementara saya butuh pasokan makanan yang cukup untuk seminggu minimal, oleh karena itu saya harus turun ke bawah untuk belanja. Di sisi lain, jalan menuju ke bawah jauh, yahh masih ga seberapa sih, naiknya itu loh! bawa belanjaan di ransel, dan harus naik lewat Adamistraße, tanjakan maut 45°, setelah naik, anda akan bersyukur kalau di kota anda ada U-bahn (Subway) atau Tram. dan itu saya lakukan kira-kira 2x seminggu. Biasanya saya mencicil belanja mingguan, sehingga rasanya tidak terlalu berat sekali naik.
Yang dibelanjakan? Hmm.. beda-beda ya, tergantung mau makan apa, intinya, ada bahan pokok, lauk, kalo lagi bisa ya beli buah dan kadang-kadang sayur, beberapa snack pengisi waktu "isenk" dan, hal-hal yang berkaitan dengan kebersihan, toiletris, dsb.
Misalnya, belanja saya minggu ini:
Milchreis (nasi) 2 kotak @ 500gr, spaghetti 2 kotak@ 2 porsi (ditargetkan untuk darurat saja) Daging cincang beku 500 gr (untuk saat mendesak), Susu kotak 1 ltr, Daging Gulasch 500 gr, Satu kotak Jamur Champignon 500 gr (favorit saya), Satu kotak telur isi 10 butir, 1 kaleng sarden siap makan, satu buah semangka (saya patungan dengan seorang teman) dan sabun cuci + pelembut pakaian.
Rasanya, singkat-padat-jelas, tersirat dari jenis belanjaan memang untuk bertahan hidup seminggu, karena percaya atau tidak, dalam seminggu, sebagian besar bahan pangan akan habis. Pasti! oleh sebab itu, hukumnya "rasanya" wajib untuk minimal sekali atau dua kali turun untuk belanja ke kota..
lalu, Dilema? Yup, bisa disebut begitu. Turun ke bawah berarti menghabiskan waktu dan tenaga, minimal satu jam, kalau hanya belanja-belanja singkat. Tapi, kadang, ada rasa ingin liat-liat di kota, menghibur diri, melepas penatnya situasi belajar dengan jalan-jalan. Dan itu menghabiskan waktu. Tenaga, ya tentu saja, seiring dengan masih dalam tahap pembangunan Ubahn di Coburg, hehe, ngga denk.. gak akan ada Ubahn di Coburg. Otomatis, kita harus berjalan kaki yang mana, pada kali pertama belanja dan jalan ke kota rasanya luar biasa melelahkan, apalagi yang dulu di Indo biasa naik mobil atau motor, rasakan!hahah.. ehemm.. jadi intinya.. Sulit memutuskan, apakah harus turun dan sedikit belanja, menyicil belanja mingguan sehingga belanja berikutnya tidak terlalu berat, sekaligus liat-liat kota, atau... mempertahankan diri dengan kulkas kosong di rumah demi efisiensi waktu dan tenaga.
Dan itulah asal muasal refleks respon penghuni wohnheim Coburg saat diajak," kebawah yuk!" jawabannya, "ahh males ahh! gwe turun besok!". Amati. ada yang mengajak, maksudnya, "gwe males banget turun sendiri, trus naik sendiri pula, rasanya beda kalo ada temen. Sementara yang lain menjawab demikian, seakan-akan turun ke bawah sudah dijadwal sebagai aktifitas melelahkan sehingga bisa ada kata "gwe turun besok!" atau kapan lah misalnya.. haha.. hal kecil yang sangat menarik dan rasanya sangat mewarnai kehidupan kami di sini.
4 comments:
risang risang.. nge blog jg niih.. tak link yaa.. entah knp gw bersyukur bgt bisa lepas dri tanjakan jahanam coburg.. hhe..
klo gw dulu blnja rame2, trus ke atas naek taxi deh.. *plaaakk.. hahaha..
gw belum nyoba tanjakan shaolin nih..pengen skali2 nyoba, tapi pas gak bawa barang2 yaaa...
itung2 olahraga gratis lah, sang..
btw, itu blanjaan sampe segitunya dijabarkan..mwahahahaha..
risang, risang..ke bawah yuk, temenin gw belanja...
wah naik taxi.. bahh.. udah tau kita2 pada pelit semua.. jadi.. yahh.. wah, es ist schwer zu erleben..hehehe.. soal tanjakan shaolin itu.. prinsipnya: siap fisik, siap mental! bisa berenti tengah2 tidur dahh..
HAHAHAHA tanjakan maut.. kayaknya gw jg pernah lewat tuh.. di tempat gw dong tempat belanjanya deketttttt tak ada tanjakan 45grad hehehehehe
Post a Comment